Jumat, 12 Oktober 2012

Ekspresi Cinta


Cinta adalah kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita, khususnya dikalangan remaja. Cinta sering kali diekspresikan dengan status hubungan yang biasa dikenal dengan PACARAN. Pacaran adalah sebuah status hubungan cinta yang dijalin oleh seorang wanita dan seorang laki-laki yang mempunyai perasaan yang sama. Pacaran sering kali diluapkan dengan kata Cinta yang terlontar dari bibir seorang kekasih kepada kekasih hatinya, atau kata sayang yang biasa terucap untuk mempermanis ikatan cinta diantara mereka berdua. Namun sadarkah kalian? Pacaran itu pintu menuju perjinahan. Mengapa saya bilang seperti itu? Karena berbagai bukti sudah saya dapatkan bahwa pacaran itu lebih banyak merugikan dibandingkan yang menguntungkannya. Karena orang yang berpacaran sering kali merasa bersalah. Mengapa? Coba kita lihat kebanyakan remaja yang sedang berpacaran mencari tempat-tempat yang sepi untuk berduaan, bila memang berpacaran atau berdua-duaan itu baik mengapa harus mencari tempat yang sepi? Mengapa tidak terang-terangan saja berduaan didepan orang banyak. Lalu pada saat kita berpegangan tangan dengan sang pacar, lalu bertemu dengan guru atau orangtua, dengan refleksnya kita melepaskan genggaman tangan itu. Itu dikarenakan kita menyadari bahwa yang kita lakukan itu salah. Dan lagi kata cinta yang terucap dari bibir kita sering kali terlontar hanya untuk sang kekasih hati, orang yang baru saja kita kenal tak lebih dari beberapa tahun. Tidak seperti orangtua kita, sepasang insan yang sudah jelas-jelas membesarkan kita hingga sampai saat ini, jarang atau tidak pernah bibir kita mengucapkan kata cinta pada mereka. Coba kita ingat-ingat kapan terakhir kali kita mengucap kata cinta atau sayang kepada kedua orangtua. Kapan terahir kali kita mengucap kata maaf dan menangis merasa bersalah kepada kedua orangtua? Atau bagaimanakah sikap kita selama ini kepada orangtua dibandingkan dengan sikap kita yang begitu perhatian kepada sang kekasih? Sudahkah teringat? Atau tidak teringat sama sekali karena memang tidak pernah. Astagfirullah..
Saya tidak melarang kita sebagai remaja untuk mencintai seseorang, karena rasa cinta itu adalah anugerah dari Allah SWT. Namun cara kita yang salah mengekspresikan cinta. Kita harus dapat membedakan mana rasa cinta yang disebut anugerah dari Allah SWT. dan mana rasa cinta yang hanya nafsu belaka, alias bisikan setan semata. Rasa cinta yang Allah berikan untuk kita, yaitu rasa cinta yang tulus kepada orang yang memang benar-benar terbukti kecintaannya kepada kita, contohnya kedua orangtua. Ataupun rasa cinta kepada manusia yang telah menebarkan kebaikan didunia ini, yaitu Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Apalagi rasa cinta kita kepada Sang Pencipta yang Maha segalanya, Allah SWT. Itu adalah cinta yang sesungguhnya Allah berikan kepada kita, cinta yang tidak harus memiliki. Subhanallah.. Tidak seperti cinta yang dibisikan setan kepada kita, cinta yang hanya ingin memiliki saja. Cinta yang didasari oleh hawa nafsu. Tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang buruk. Halal jadi haram dan sebaliknya, haram menjadi halal.
Tak jarang pula kita menangis hanya karena sang kekasih pergi bersama wanita lain, atau juga kadang laki-laki yang kita cintai tak mempunyai perasaan yang sama seperti kita (untuk wanita). Air mata kita jatuh sia-sia, menangisi seseorang yang belum tentu menangisi kita, ataupun memikirkan seseorang yang tak tentu pula ia memikirkan kita atau tidak. Diperdaya oleh cinta hanyalah salah satu cara setan untuk menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat. Janganlah kita biarkan air mata kita jatuh begitu saja secara percuma. Buatlah air mata kita jatuh karena mengingat begitu banyak dosa yang telah kita perbuat. Mengingat begitu banyak perlakuan buruk kita terhadap orangtua yang selama ini telah merawat kita.
Coba kita fikir kembali, adakah manfaat dari berpacaran? Alangkah baiknya dan lebih indah bila kita menikmati pacaran itu setelah menikah. Dan jadikan Allah sebagai kekasih hatimu, tidak ada yang lain. Bersama Allah, SELALU dan SELAMANYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar